Bunga selalu punya tempat khusus dalam kehidupan orang Indonesia — dari upacara adat hingga buket sederhana yang diberikan ke teman. Di setiap pulau ada bunga yang dianggap spesial dan diberi makna tertentu; melati untuk kesucian dan pernikahan, kamboja yang sering muncul di pemakaman, sampai anggrek yang jadi simbol keanggunan. Saya sendiri selalu merasa ada cerita di balik setiap kelopak, yah, begitulah.
Bunga bukan sekadar estetika
Di banyak komunitas, bunga bekerja sebagai “bahasa tanpa kata”. Dalam pernikahan Jawa, misalnya, melati dan mawar sering dipadukan untuk menunjukkan cinta yang suci dan tulus. Di Bali, bunga-bunga seperti frangipani (kamboja) dipakai di pura sebagai persembahan kepada dewa. Makna-makna ini bukan hanya simbol; mereka mengikat memori keluarga dan upacara turun-temurun. Saat saya melihat rangkaian bunga di acara kampung, selalu terasa hangat dan penuh sejarah.
Cerita pribadi: waktu pertama kali belajar merangkai
Waktu pertama kali pegang gunting florist, saya berantakan—daun ke mana-mana, tali melilit tangan—tapi ada momen magis ketika sebuah buket sederhana jadi. Seorang tetangga langsung bilang, “Wangi melatinya membawa suasana rumah.” Itu bikin saya sadar bahwa merangkai bunga bukan cuma soal estetika, tapi juga soal menyalakan memori. Saya tak ahli, tapi setiap kali merangkai saya merasa terhubung ke orang dan tempat.
Tren dekorasi bunga: dari tradisional ke modern (dengan sedikit drama)
Ada banyak tren yang muncul belakangan: dried flowers yang tahan lama, dekor minimalis ala Scandinavian, sampai boho tropis yang penuh daun monstera dan bunga lokal. Pernikahan masa kini sering memadu-padankan unsur tradisional—seperti payung batik atau kain songket—dengan instalasi bunga kontemporer. Tema sustainable juga makin naik daun; klien suka ide potongan bunga yang bisa dikeringkan atau ditanam ulang. Buat yang suka lihat contoh, kadang saya menyelipkan referensi di akun saya dan juga di floristeriaprimaveracali untuk inspirasi.
Gaya dekor yang lagi hits
Detail kecil yang lagi disukai: warna tanah (terracotta), dedaunan besar sebagai backdrop, dan penggunaan tekstur — misalnya gabungan bunga segar dengan dried grasses. Instalasi gantung juga sering diminta karena memberi efek dramatis tanpa mengganggu ruang jalan. Untuk acara kecil, meja makan dihias simpel dengan runner daun dan beberapa bunga fokus; hasilnya elegan tapi intim. Saya suka gaya ini karena terasa modern tapi tetap ramah lingkungan.
Tips praktis untuk florist pemula (yang pengen serius atau coba-coba)
Mulai dari dasar: pelajari conditioning bunga—memotong batang miring, ganti air, dan keluarkan daun yang masuk ke air. Investasikan beberapa alat sederhana seperti gunting florist, pita floral, dan kawat tipis. Latihan membuat struktur: mulailah dari membuat focal point, lalu bangun layer dengan bunga pendukung dan filler seperti eucalyptus atau baby’s breath. Praktik itu kunci; jangan langsung berharap sempurna di hari pertama.
Lebih banyak tips — harga, pemasaran, dan etika
Jangan lupa soal harga: hitung ongkos bahan, waktu kerja, dan overhead; harga murah merugikan. Pelajari juga cara menyimpan bunga saat pengiriman supaya tetap segar. Untuk pemasaran, foto natural di pencahayaan bagus lebih manjur daripada setelan studio yang berlebihan. Etika juga penting: selalu tanyakan preferensi budaya atau agama klien soal bunga untuk acara adat atau ritus keagamaan.
Menjadi florist di Indonesia itu menyenangkan karena kita bekerja dengan tradisi dan kreativitas yang kaya. Kalau kamu baru mulai, sabar saja dengan proses belajar—bunga selalu kasih pelajaran, kadang manis, kadang bikin tangan berduri, tapi selalu worth it. Saya masih belajar juga, dan itu yang membuat setiap rangkaian terasa personal dan hidup.