Pernah nggak sih kamu berhenti sejenak lihat rangkaian bunga di pasar, lalu mikir, “Wah, ini ngomong apa ya?” Di Indonesia, bunga itu bukan cuma cantik dipajang. Dia penuh bahasa. Kaya makna. Kaya cerita. Sambil ngopi, yuk kita ngobrol soal bagaimana bunga-bunga Nusantara bicara lewat warna, bentuk, dan wangi — juga lihat tren dekorasinya sekarang, plus beberapa tips buat yang baru mau sibuk-sibuk jadi florist rumahan.
Makna Bunga dalam Budaya Nusantara (informasi yang bikin nostalgia)
Di banyak kebudayaan daerah Indonesia, bunga punya posisi penting. Misalnya, melati sering diasosiasikan dengan kesucian dan kemurnian; jadi nggak heran melati hadir di upacara adat, pernikahan, atau acara keagamaan. Kemudian ada mawar — meski identik cinta universal, di beberapa daerah warnanya bisa punya nuansa berbeda. Teratai? Biasanya berkaitan dengan spiritualitas dan pencerahan. Intinya, bunga di sini bukan sekadar hiasan; mereka pembawa pesan.
Saat upacara adat, pemilihan bunga sering sangat deliberate. Ada yang memilih bunga karena aromanya dianggap bisa “menenangkan” roh. Ada pula yang memakai bunga sebagai simbol status, karena dulu beberapa jenis bunga hanya tersedia bagi kalangan tertentu. Jadi, ketika kita merangkai bunga hari ini, sering tanpa sadar kita meneruskan bahasa simbolik itu.
Tren Dekorasi Bunga yang Lagi Hits (entri ringan sambil ngupil…eh, ngopi)
Kalau bicara tren, dunia dekorasi bunga itu dinamis. Sekarang banyak yang balik ke natural: wild arrangements, bunga lokal yang dibiarkan “berantakan cantik”, daun-daun besar dipadu tekstur kasar. Gaya minimalis juga tetap eksis—sedikit bunga, fokus ke garis dan ruang negatif. Keduanya menarik, tergantung mood event dan klien.
Selain itu, sustainable floral juga naik daun. Orang mulai memilih bunga lokal, mengurangi foam floral, dan lebih sering pakai vase atau keranjang yang bisa dipakai ulang. Ini bagus, apalagi kalau kita mau tetap stylist tanpa merusak lingkungan. Kalau mau lihat contoh dan inspirasi, banyak florist yang memamerkan konsep ini di online, termasuk beberapa toko kecil dan platform komunitas.
Tips Nyeleneh tapi Berguna buat Florist Pemula (bukan saran klise)
Oke, sekarang bagian favorit: tips praktis buat kamu yang baru nyemplung jadi florist. Pertama, kenali si bunga. Bukan cuma namanya, tapi juga sifatnya: umur potong, cara penyimpanan, dan siapa yang doyan air banyak atau sedikit. Ini penting biar rangkaianmu nggak layu di tengah tamu. Iya, kejadian memalukan itu bisa dihindari.
Kedua, mulai dari bahan lokal. Bunga lokal lebih tahan banting di iklim kita dan umumnya lebih murah. Selain itu, belajar memadu tekstur lebih menarik daripada sekadar menumpuk warna sama. Campurkan dedaunan kering, ranting kecil, atau bunga filler untuk tampilan yang lebih “berisi”.
Ketiga, coba eksperimen dengan wadah tak terduga. Gelas kopi bekas, kaleng kuno, atau bahkan batok kelapa bisa jadi karakter kuat. Kreativitas itu kunci. Dan jangan lupa, latihan foto. Florship sekarang sering dijual lewat feed Instagram, jadi foto yang kece penting. Pencahayaan alami + latar netral = pemenang.
Terakhir, bangun jejaring. Gabung komunitas, ikut workshop, atau sekadar ngobrol sama florist lain sambil tukar cerita. Sumber belajar itu kadang datang dari obrolan ngopi sore yang isinya “Eh, tau gak cara ini…” Nah, kalau butuh referensi tempat belajar atau beli needs, coba intip juga floristeriaprimaveracali — rekomendasi teman-teman di lapangan.
Sebenarnya, jadi florist itu soal cerita. Kita menata elemen hidup — bunga — supaya mereka bercerita pada momen. Mulai dari makna tradisi sampai trend modern, semua bisa kita gabungkan. Santai saja belajar langkah demi langkah. Bunga nggak akan marah kalau kamu salah potong (tapi mungkin hatimu sedikit sedih, haha).
Jadi, kalau kamu lagi iseng mau coba-coba atau serius mau buka usaha kecil, anggap ini obrolan awal. Ambil secangkir kopi, siapkan gunting, dan coba rangkai dengan niat. Siapa tahu dari meja makanmu muncul karya yang bisa bikin orang terharu. Selamat mencoba — dan selamat menyelami bahasa bunga Nusantara!